ROBOT itu bergerak tak terlalu cepat namun sukses menyelesaikan misinya, memadamkan kebakaran. Di akhir ajang Kontes Robot Indonesia yang digelar di Kampus Universitas Indonesia, tahun lalu, robot itu menyabet juara ketiga.
Itulah robot pemadam kebakaran yang dikembangkan oleh tim robot Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Robot itu berhasil menjadi satu dari enam tim yang berhasil menunjukkan performa yang memuaskan. Tim ini menyingkirkan belasan peserta lainnya.
Geliat membuat robot telah berkembang. Beberapa kampus yang saat ini memiliki tim robot adalah Unhas, Universitas Negeri Makassar (UNM), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer (STMIK) Dipanegara, dan Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh).
Performa dari karya-karya mereka tidaklah mengecewakan. Tengok saja ajang Celebes Robot Contest 2008 yang digelar di Kampus Unhas tahun lalu. Robot-robot karya beberapa mahasiswa di Makassar itu berlomba menunjukkan kebolehan.
Unhas menurunkan empat tim, yaitu Workshop 09, Mechanical MPX 4.1, Mechanical MPX 4.2, dan HL 233. UNM menurunkan lima tim yaitu Neutron, Syaratech, A307, Chaser R, Robtek, dan Beta DC. STIMIK Dipanegara juga menurunkan empat tim yaitu Android, Robola, Rechnobot, dan Black Magic.
Memang, bentuk dan kemampuan robot-robot itu masih sederhana. Bentuknya seperti kumpulan kerangka besi dengan kabel-kabel yang masih terlihat. Kemampuannya juga masih sederhana. Misalnya hanya bisa memadamkan api atau memasukkan bola dengan peralatan sensor.
Soal semangat dan jangan ditanya. Jika sudah bertekad membuat robot, siang malam mereka akan mengerjakan itu. Masalahnya bukan pada semangat namun pada pendanaan. Ternyata, keinginan mereka yang besar untuk embuat robot belum berjalan seiring dengan dukungan.
Departemen Pendidikan Nasional memang memiliki alokasi bagi kegiatan kreatif mahasiswa itu. Namun jumlahnya masih terbatas. Sekitar Rp 3 juta saja yang bisa diterima mahasiswa dalam pembuatan robot. Padahal, nilai satu robot bisa lebih dari itu.
Tim robot Unhas juga pernah menjalin kerja sama dengan Departemen Pertahanan Nasional RI dalam mengembangkan robot penjinak bom. Program itu memang terlaksana. Namun tak urung para mahasiswa harus merogoh kocek sendiri. Untungnya, mereka ikhlas melakukan itu.
Jangan pula membayangkan mereka merakit robot di ruang ber-AC dengan fasilitas lengkap seperti di film-film. Ruang kerja mereka nyaris seperti gudang. Serakan komponen, komputer yang sudah tak bisa dibilang baru, dan ruang pengap menjadi tempat mereka berkreasi. Namun semangat itu tidak pernah padam. Ada saja karya-karya tercipta. Sesederhana apa pun hasil kerja para mahasiswa ini, setidaknya menunjukkan bahwa mahasiswa Makassar tidak hanya pandai tawuran.(suryana anas)
Robot untuk Masyarakat, Hingga ke Negeri Robot
APA gunanya ilmu dan kreativitas tanpa dinikmati oleh orang lain. Ini menjadi salah satu alasan mahasiswa yang tergabung dalam Mechatronics and Robotics Research Group, Jurusan Teknik Mesin Unhas, membuat robot.
"Semua karya ini bertujuan pada pengabdian masyarakat," ujar Koordinator Mechatronics and Robotics Research Group Jurusan Teknik Mesin Unhas, Ridwan.
Saat ini Mechatronics and Robotics Research Group sudah menghasilkan sejumlah robot, di antaranya, Line Fllower (Desember 2006), Biped Robot (Maret 2005), robot penjinak bom (Juni 2007), Avoider (Mei 2008), Paintin Robot, Green Hause (Desember 2008), dan karya terbarunya dalah penyempurnaan Spider Robot (Januari 2009).
Khusus untuk robot penjinak bom dibuat melalui kerja sama dengan Departemen Pertahanan RI, Mereka yang tergabung di Mechatronics and Robotics Research Group di antaranya Ridwan (programer), Abdul Rahman (elektrikal), Ahmad Zulfatri (mekanik), Aulia Sabril (disainer). Mereka sering menginap di kampus untuk melanjutkan kreativitasnya.
April mendatang, Pembimbing Mechatronics and Robotics Research Group, Rafiuddin Syam M Eng Phd, akan ke negeri robot, yaitu di Rusia dan Jepang. Dosen teknik mesin Unhas ini membawa Biped Robot dan Spider Robot selama enam bulan.(suryana anas)
Kreatifitas Terkendala Dana dan Alat
MINAT mahasiswa untuk mengularkan ide dan kreatifitasnya di dunia robotika sepertinya masih terkenala pada pendanaan dan keterbatasan alat yang tersedia. Mahalnya harga bahan pembuatan robot ini mau tidak mau membatasi kreatifitas mahasiswa dalam berkarya.
"Untuk harga prosesor yang kecil ini saja harganya sampai ratusan ribu rupiah, kalau prosesornya lebih dari satu pada setiap robot bisa dibayangkan berapa harga secara keseluruhannya," ujar Koordinator Mechatronics and Robotics Research Group, Teknik Mesin Unhas, Ridwan.
Menurut mahasiswa mesin angkatan 2005 ini, hal ini memaksanya untuk bongkar pasang sesuai kemampuan. Robot yang sudah jadi dibongkar lagi untuk membuat lagi jenis robot yang baru.
"Jadi alat yang pernah kami pakai ini kami bongkar kembali untuk membuat robot baru," ujarnya. Untuk mengabadikan robot yang mereka buat, tim robot Unhas ini menulis dan memasukkan gambar ke blog di www.robot-didox.blogspot.com dan di www.education.web.id.
Kendala lain yang ditemui oleh para tim robot ini adalah minimnya alat-alat. "Biasanya kami memesan alat-alat tersebut di Surabaya atau di Jakarta. Pernah saat itu kami memesan di Jakarta ternyata di sana juga kosong. Akhirnya kami memesan di Taiwan," ujarnya.
Sebenarnya, Ridwan, membuat robot itu mudah. Ia dan teman-temannya seperti bermain-main. Sayangnya, kendala dana membatasi gagasan mereka. "Di Jakarta atau di Jepang, anak SD saja sudah bisa buat robot karena dana adan alatnya memang ada," ujarnya.
Selama ini pihak Unhas telah memberikan bantuan. Namun terkadang berlum cukup. Untuk mencukupi kekurangan dana tersebut mereka memanfaatkan jaringan. Bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintah dan swasta yang tertarik dengan karyanya.
"Kebetulan pembimbing kami yang juga dosen teknik mesin, Rapiuddin Syam M Eng Phd, terus memberikan support. Kadang kami dilibatkan kalau ada proyeknya. Sehingga kami bisa mendanai kekurangan tadi," kata Ridwan.
Timnya pernah juga bekerjasama dengan Departemen Pertahanan RI dalam proyek robot penjinak bom. Robot itu telah berhasil dibuat.(cr2)
Pelajar Sekolah Pun Buat Robot
PELAJAR sekolah pun mampu membuat robot. Saat ini tim robot dari Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, teknik mesin Unhas sudah membagi ilmu mereka kepada pelajar SMA.
Sekolah yang menjadi binaan mereka adalah SMK Mutiara Ilmu, Makassar. Bimbingan ini sudah dijalani selama tiga bulan.
"Saat itu kami menggelar seminar tentang robotika yang melibatkan pelajar SMA se-Makassar. Kemudian setelah seminar salah seorang guru ingin agar kami mengajarkan mereka membuat robot," ujar Koordinator Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, Ridwan.
Para pelajar dibimbing tentang cara membuat robot. Tentu mulai dari cara membuat robot yang sederhana. Pada bimbingan itu mereka sudah bisa membuat tiga robot hasil karya mereka sendiri.
Alumnus SMA 1 Pangkajene, Sidrap, ini pun mengundang para pelajar Makassar untuk belajar membuat robot di sekretariatnya di Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, lantai dasar teknik mesin, fakultas teknik Unhas, Tamalanrea, Makassar.
Menurutnya, membuat robot dengan hasil yang memuaskan tidak semudah yang dibanyangkan. Butuh kesabaran, ketelitian, dan juga pengorbanan (secara moril maupun materil).
Karena itu, desainer robot tim Mechatronics and Robotics Research Group Teknik Mesin Unhas, Aulia Sabril, yang ditemui Tribun kemarin memberikan tips membuat robot untuk para pemula.
"Dulu, apa yang saya bongkar pasti saja rusak. Makanya teman-teman seangkata menjuluki saya malprak alias malpraktik. Apapun itu pasti rusak," ujarnya mahasiswa Pascasarjana Unhas ini mengenang.
Namun ternyata, dibalik keberanian Aulia membongkar-bongkar perangkat robot akhirnya Aulia sudah bisa membuat robot. Jangan malu untuk berbuat salah adalah dasar dari inovasi. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah semangat belajar agar dari tiada menjadi ada. Yang terpenting adalah prosesnya. Selain itu, motivasi juga harus tinggi. Karena inilah yang menjadi kunci untuk menghilangkan rasa jenuh jika robot tidak jadi-jadi juga.(suryana anas)
Nama robot dan fungsinya:
Robot penjinak bom. Robot ini dikerjakan sejak Juni 2007. Robot ini bertujuan untuk membantu tim gegana dalam menjinakkan bom.
Robot Biped. Robot berkaki dua atau yang lebih populernya disebut sebagai biped robot merupakan kelompok robot konvensional dari keluarga robot yang mana bentuk fisik maupun mekanisme pergerakannya menyerupai manusia ataupun binatang. Biped robot ini dapat digunakan membantu penderita cacat kaki untuk berjalan.
Spider robot. Spider robot ini berfunsi membantu para petani jagung untuk menanamkan benih. Robot ini dapat menanam benih dengan kakinya.
Green House. Robot yang dibuat sejak Desember 2008 ini berfungsi mengecek kelembaban udara pada green house.
Avoider. Robot ini berfungsi untuk membantu orang buta saat berjalan. Avoider ini dipakai dipergelangan tangan. Saat ada halangan di depan, robot ini akan memberikan sinyal.(suryana anas)
Itulah robot pemadam kebakaran yang dikembangkan oleh tim robot Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Robot itu berhasil menjadi satu dari enam tim yang berhasil menunjukkan performa yang memuaskan. Tim ini menyingkirkan belasan peserta lainnya.
Geliat membuat robot telah berkembang. Beberapa kampus yang saat ini memiliki tim robot adalah Unhas, Universitas Negeri Makassar (UNM), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer (STMIK) Dipanegara, dan Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh).
Performa dari karya-karya mereka tidaklah mengecewakan. Tengok saja ajang Celebes Robot Contest 2008 yang digelar di Kampus Unhas tahun lalu. Robot-robot karya beberapa mahasiswa di Makassar itu berlomba menunjukkan kebolehan.
Unhas menurunkan empat tim, yaitu Workshop 09, Mechanical MPX 4.1, Mechanical MPX 4.2, dan HL 233. UNM menurunkan lima tim yaitu Neutron, Syaratech, A307, Chaser R, Robtek, dan Beta DC. STIMIK Dipanegara juga menurunkan empat tim yaitu Android, Robola, Rechnobot, dan Black Magic.
Memang, bentuk dan kemampuan robot-robot itu masih sederhana. Bentuknya seperti kumpulan kerangka besi dengan kabel-kabel yang masih terlihat. Kemampuannya juga masih sederhana. Misalnya hanya bisa memadamkan api atau memasukkan bola dengan peralatan sensor.
Soal semangat dan jangan ditanya. Jika sudah bertekad membuat robot, siang malam mereka akan mengerjakan itu. Masalahnya bukan pada semangat namun pada pendanaan. Ternyata, keinginan mereka yang besar untuk embuat robot belum berjalan seiring dengan dukungan.
Departemen Pendidikan Nasional memang memiliki alokasi bagi kegiatan kreatif mahasiswa itu. Namun jumlahnya masih terbatas. Sekitar Rp 3 juta saja yang bisa diterima mahasiswa dalam pembuatan robot. Padahal, nilai satu robot bisa lebih dari itu.
Tim robot Unhas juga pernah menjalin kerja sama dengan Departemen Pertahanan Nasional RI dalam mengembangkan robot penjinak bom. Program itu memang terlaksana. Namun tak urung para mahasiswa harus merogoh kocek sendiri. Untungnya, mereka ikhlas melakukan itu.
Jangan pula membayangkan mereka merakit robot di ruang ber-AC dengan fasilitas lengkap seperti di film-film. Ruang kerja mereka nyaris seperti gudang. Serakan komponen, komputer yang sudah tak bisa dibilang baru, dan ruang pengap menjadi tempat mereka berkreasi. Namun semangat itu tidak pernah padam. Ada saja karya-karya tercipta. Sesederhana apa pun hasil kerja para mahasiswa ini, setidaknya menunjukkan bahwa mahasiswa Makassar tidak hanya pandai tawuran.(suryana anas)
Robot untuk Masyarakat, Hingga ke Negeri Robot
APA gunanya ilmu dan kreativitas tanpa dinikmati oleh orang lain. Ini menjadi salah satu alasan mahasiswa yang tergabung dalam Mechatronics and Robotics Research Group, Jurusan Teknik Mesin Unhas, membuat robot.
"Semua karya ini bertujuan pada pengabdian masyarakat," ujar Koordinator Mechatronics and Robotics Research Group Jurusan Teknik Mesin Unhas, Ridwan.
Saat ini Mechatronics and Robotics Research Group sudah menghasilkan sejumlah robot, di antaranya, Line Fllower (Desember 2006), Biped Robot (Maret 2005), robot penjinak bom (Juni 2007), Avoider (Mei 2008), Paintin Robot, Green Hause (Desember 2008), dan karya terbarunya dalah penyempurnaan Spider Robot (Januari 2009).
Khusus untuk robot penjinak bom dibuat melalui kerja sama dengan Departemen Pertahanan RI, Mereka yang tergabung di Mechatronics and Robotics Research Group di antaranya Ridwan (programer), Abdul Rahman (elektrikal), Ahmad Zulfatri (mekanik), Aulia Sabril (disainer). Mereka sering menginap di kampus untuk melanjutkan kreativitasnya.
April mendatang, Pembimbing Mechatronics and Robotics Research Group, Rafiuddin Syam M Eng Phd, akan ke negeri robot, yaitu di Rusia dan Jepang. Dosen teknik mesin Unhas ini membawa Biped Robot dan Spider Robot selama enam bulan.(suryana anas)
Kreatifitas Terkendala Dana dan Alat
MINAT mahasiswa untuk mengularkan ide dan kreatifitasnya di dunia robotika sepertinya masih terkenala pada pendanaan dan keterbatasan alat yang tersedia. Mahalnya harga bahan pembuatan robot ini mau tidak mau membatasi kreatifitas mahasiswa dalam berkarya.
"Untuk harga prosesor yang kecil ini saja harganya sampai ratusan ribu rupiah, kalau prosesornya lebih dari satu pada setiap robot bisa dibayangkan berapa harga secara keseluruhannya," ujar Koordinator Mechatronics and Robotics Research Group, Teknik Mesin Unhas, Ridwan.
Menurut mahasiswa mesin angkatan 2005 ini, hal ini memaksanya untuk bongkar pasang sesuai kemampuan. Robot yang sudah jadi dibongkar lagi untuk membuat lagi jenis robot yang baru.
"Jadi alat yang pernah kami pakai ini kami bongkar kembali untuk membuat robot baru," ujarnya. Untuk mengabadikan robot yang mereka buat, tim robot Unhas ini menulis dan memasukkan gambar ke blog di www.robot-didox.blogspot.com dan di www.education.web.id.
Kendala lain yang ditemui oleh para tim robot ini adalah minimnya alat-alat. "Biasanya kami memesan alat-alat tersebut di Surabaya atau di Jakarta. Pernah saat itu kami memesan di Jakarta ternyata di sana juga kosong. Akhirnya kami memesan di Taiwan," ujarnya.
Sebenarnya, Ridwan, membuat robot itu mudah. Ia dan teman-temannya seperti bermain-main. Sayangnya, kendala dana membatasi gagasan mereka. "Di Jakarta atau di Jepang, anak SD saja sudah bisa buat robot karena dana adan alatnya memang ada," ujarnya.
Selama ini pihak Unhas telah memberikan bantuan. Namun terkadang berlum cukup. Untuk mencukupi kekurangan dana tersebut mereka memanfaatkan jaringan. Bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintah dan swasta yang tertarik dengan karyanya.
"Kebetulan pembimbing kami yang juga dosen teknik mesin, Rapiuddin Syam M Eng Phd, terus memberikan support. Kadang kami dilibatkan kalau ada proyeknya. Sehingga kami bisa mendanai kekurangan tadi," kata Ridwan.
Timnya pernah juga bekerjasama dengan Departemen Pertahanan RI dalam proyek robot penjinak bom. Robot itu telah berhasil dibuat.(cr2)
Pelajar Sekolah Pun Buat Robot
PELAJAR sekolah pun mampu membuat robot. Saat ini tim robot dari Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, teknik mesin Unhas sudah membagi ilmu mereka kepada pelajar SMA.
Sekolah yang menjadi binaan mereka adalah SMK Mutiara Ilmu, Makassar. Bimbingan ini sudah dijalani selama tiga bulan.
"Saat itu kami menggelar seminar tentang robotika yang melibatkan pelajar SMA se-Makassar. Kemudian setelah seminar salah seorang guru ingin agar kami mengajarkan mereka membuat robot," ujar Koordinator Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, Ridwan.
Para pelajar dibimbing tentang cara membuat robot. Tentu mulai dari cara membuat robot yang sederhana. Pada bimbingan itu mereka sudah bisa membuat tiga robot hasil karya mereka sendiri.
Alumnus SMA 1 Pangkajene, Sidrap, ini pun mengundang para pelajar Makassar untuk belajar membuat robot di sekretariatnya di Labroratorium Mechatronics and Robotics Research Group, lantai dasar teknik mesin, fakultas teknik Unhas, Tamalanrea, Makassar.
Menurutnya, membuat robot dengan hasil yang memuaskan tidak semudah yang dibanyangkan. Butuh kesabaran, ketelitian, dan juga pengorbanan (secara moril maupun materil).
Karena itu, desainer robot tim Mechatronics and Robotics Research Group Teknik Mesin Unhas, Aulia Sabril, yang ditemui Tribun kemarin memberikan tips membuat robot untuk para pemula.
"Dulu, apa yang saya bongkar pasti saja rusak. Makanya teman-teman seangkata menjuluki saya malprak alias malpraktik. Apapun itu pasti rusak," ujarnya mahasiswa Pascasarjana Unhas ini mengenang.
Namun ternyata, dibalik keberanian Aulia membongkar-bongkar perangkat robot akhirnya Aulia sudah bisa membuat robot. Jangan malu untuk berbuat salah adalah dasar dari inovasi. Yang dibutuhkan sebenarnya adalah semangat belajar agar dari tiada menjadi ada. Yang terpenting adalah prosesnya. Selain itu, motivasi juga harus tinggi. Karena inilah yang menjadi kunci untuk menghilangkan rasa jenuh jika robot tidak jadi-jadi juga.(suryana anas)
Nama robot dan fungsinya:
Robot penjinak bom. Robot ini dikerjakan sejak Juni 2007. Robot ini bertujuan untuk membantu tim gegana dalam menjinakkan bom.
Robot Biped. Robot berkaki dua atau yang lebih populernya disebut sebagai biped robot merupakan kelompok robot konvensional dari keluarga robot yang mana bentuk fisik maupun mekanisme pergerakannya menyerupai manusia ataupun binatang. Biped robot ini dapat digunakan membantu penderita cacat kaki untuk berjalan.
Spider robot. Spider robot ini berfunsi membantu para petani jagung untuk menanamkan benih. Robot ini dapat menanam benih dengan kakinya.
Green House. Robot yang dibuat sejak Desember 2008 ini berfungsi mengecek kelembaban udara pada green house.
Avoider. Robot ini berfungsi untuk membantu orang buta saat berjalan. Avoider ini dipakai dipergelangan tangan. Saat ada halangan di depan, robot ini akan memberikan sinyal.(suryana anas)
Team Mechatronic and Robotic Research Group
Hasanuddin Of University
Hasanuddin Of University
Baca Selanjutnya...